-->
  • Jelajahi

    Copyright © Berita Jejaring
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Top ads

    PENDIDIKAN

    Kontrol Sosial Wartawan Di Anggap Resahkan Ketua P3-TGAI : Rohmat Selamet, S.H.,M.Kn., Ketua DPC PWRI Kab. Bogor Angkat Bicara

    Redaksi
    Kamis, 29.4.21 WIB Last Updated 2021-04-29T10:21:54Z

    (Foto.Sumarno/Redaksi)

    BOGOR (BJN) - Dugaan adanya Bancakan anggaran proyek P3-TGAI di wilayah Desa Cimande, terlihat dari ramainya pemberitaan miring dibeberapa media terkait pekerjaan proyek P3-TGAI yang terkesan asal jadi.

    Bahkan Kontrol Sosial para awak media dilapangan dianggap meresahkan ketua P3A. Namun, fakta berkata lain, karena seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik seperti menulis, menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada publik lewat media massa pasti secara teratur dan sesuai fakta dilapangan. Kegiatan jurnalistik dilakukan di berbagai media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, juga media online. Jurnalis sering dianggap sebagai wakil dari suara masyarakat mengenai berbagai kejadian yang ada dan terjadi di masyarakat.

    Kamis 29 April 2021, Rohmat Selamet, S.H.,M.Kn., Selaku Ketua DPC PWRI Kabupaten Bogor angkat bicara, "Jika tidak ada kesalahan, mengapa harus resah ketika proyek P3-TGAI di datangi wartawan, terkait besarnya biaya yang dipakai menggunakan anggaran negara tersebut. Pers sebagai kontrol sosial yang dijamin oleh UU Pers No. 40 Tahun 1999, untuk menginformasikan kejadian dan fakta nyata dilapangan kepada masyarakat", singkatnya.
    Nurman (Uyek)/ (Foto.Sumarno/Redaksi)

    Nurman (Uyek) salah satu wartawan yang saat itu melakukan Kontrol Sosial dilapangan mengungkapkan, "saya sangat prihatin terkait pemberitaan yang mencuat di salah satu media, karena saat itu saya sedang melakukan kontrol sosial program P3-TGAI yang ada diwilayah Desa Cimande".

    "Wartawan itu bertugas sesuai tupoksinya, kita menggali informasi untuk menganalisis, dan melaporkan suatu peristiwa kepada publik, masa saya harus beritakan yang tidak benar, itu namanya pembohongan publik. Saya baca di salah satu media, ada ungkapan "meminta uang". Logikanya, jika benar ada oknum wartawan yang memeras dan merasa dirugikan, laporkan saja kepihak yang berwajib".

    Ketua P3A Desa Cimande ini sangat sulit ditemui oleh awak media, "saya sempat menghubungi melalui sambungan telephone, namun tidak di angkat, mengirimkan pesan singkat (W.A), tidak di balas, bahkan mencoba mendatangi ke kediamannya, beliau tidak pernah ada ditempat. Padahal saya ingin konfirmasi terkait proyek yang dikerjakan tersebut, supaya pemberitaan tidak sebelah pihak".

    Nurman (Uyek) juga menambahkan, saya percaya setiap wartawan yang melakukan tugas jurnalisnya, akan mengedepankan kode etik, sehingga tidak mungkin melakukan tugasnya dengan niat mencari-cari kesalahan, "Ini fitnah keji terhadap awak media. Jika memang pelaksana P3-TGAI yang merasa pekerjaannya benar, seharusnya sudah mempersiapkan apa yang harus dipersiapkan sebelum pekerjaan dimulai, seperti dipasangnya papan anggaran dan pekerjaan sesuai aturan", ungkapnya.

    Pelaksanaan pekerjaan P3-TGAI hasil pantauan awak media dilapangan, banyak pekerjaan sudah dimulai tapi papan anggarannya tidak ada alias tidak dipasang. Hal tersebut tentu mengundang kecurigaan, ada apa papan anggaran tidak dipasang?., Jadi wajar jika semua itu mengundang dugaan-dugaan miring seperti dugaan adanya penyimpangan baik dari teknis maupun bahan material terlebih volume, tegas Nurman (Uyek).







    Jurnalis: Sumarno
    Editor: Redaksi
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini